Sebelum Maju Perang ke Wawancara Kerja

Ervan M Wirawan
3 min readMar 11, 2021

Menjadi gugup dan nervous adalah mimpi buruk wawancara kerja. Ada banyak hal yang semestinya dipersiapkan dalam “perang” bernama interview, tapi luput menjadi amunisi. Padahal, dalam bidang pekerjaan apa pun, sesi wawancara bisa jadi sesi yang paling menentukan. Pun, tak terkecuali dalam wawancara kerja seorang UX designer.

Sekurang-kurangnya, ada empat hal penting dalam wawancara kerja yang harus kita perhatikan, sebagaimana dijabarkan oleh Robert Smith, seorang UX designer, dalam channel YouTube-nya. Keempat aspek ini penting untuk diperhatikan demi mencapai keberhasilan dalam menaklukkan hati sang pewawancara.

Jadi, mari kita bahas satu-satu!

Pertama, berlatihlah memperkenalkan diri dengan jelas dan percaya diri.

Jangan menyebut namamu dengan malu-malu atau sambil menunduk. Sebutkan siapa namamu, dari mana asalmu, tinggal di mana kamu, dan apa yang kamu cari dari perusahaan tempatmu melamar. Tenang, kamu nggak perlu bicara terlalu panjang seperti sedang menyampaikan materi kultum selepas salat Subuh berjamaah, kok. Persiapkan perkenalan dirimu setidaknya selama 30 hingga 60 detik, dan pastikan segalanya tertata rapi dan urut, mulai dari apa yang kamu kerjakan selepas kuliah — misalnya — hingga kegiatanmu hari ini sebagai UX designer yang siap bekerja profesional.

Kedua, tunjukkan ketertarikanmu pada bidang terkait.

Dalam wawancara kerja, besar kemungkinan kamu akan dihujani pertanyaan soal proyek-proyek yang pernah kamu lakukan sebelumnya. Daripada panik duluan membayangkan serbuan pertanyaan tidak terduga, tak ada salahnya kalau kamu mempersiapkan duluan proyek andalanmu untuk didiskusikan dalam wawancara kerja. Jika memungkinkan, hubungkan dengan bidang yang digeluti perusahaan yang kamu lamar.

Untuk bagian ini, kamu harus pula memahami langkah ketiga, yaitu…

…mencari tahu informasi perusahaan yang kamu lamar atau — bahasa sederhananya — kepo-in mereka dengan maksimal.

Apakah mereka bergerak dalam bidang design untuk waktu yang lama? Bagaimana posisi dan deskripsi pekerjaan yang mungkin kamu dapatkan sebagai UX designer? Bagaimana kultur kerja di sana? Apakah ada jaminan bagi seluruh karyawannya secara adil? Yang terpenting, apakah perusahaan ini memiliki kualifikasi yang layak bekerja sama denganmu yang tentu punya standar tersendiri dalam bidang UX? RIleks, kamu juga berhak memilih perusahaan mana yang akan kamu lamar, kok.

Sebelumnya selipin gambar dari unsplash biar aesthethic.

Photo by Christina @ wocintechchat.com on Unsplash

Keempat, nggak usah bohong.

Serius, deh. Selain karena berbohong itu dosa dan bisa bikin hidung kita mendadak panjang kalau kita hidup di dunia yang sama dengan Pinokio, berbohong saat wawancara kerja nyatanya nggak membuatmu tampak lebih keren sama sekali. Buat apa, sih, berkata bohong kalau kamu sudah 3 tahun bekerja sebagai UX designer dan manajer proyek senior di kantor sebelumnya, padahal kamu baru bekerja 1 tahun — itu pun dipotong cuti yang secara full kamu ambil? Buat apa juga kamu mengarang pengalaman bekerjamu agar lebih mengesankan si penanya dalam interview?

Ingat, dalam wawancara kerja, kamu boleh “menjual” dirimu sebebasnya. Tapi, pastikanlah kamu melakukannya di jalan raya yang elegan dan jujur. Tunjukkan apa yang telah kamu capai sebelumnya dan beri tahu pihak perusahaan hal-hal yang menjadi kelebihan serta kekuranganmu.

Tenanglah, akui saja bahwa hidup ini begitu adil sampai-sampai kamu memang punya kelebihan dan kekurangan tersendiri yang tak bakal membuatmu 100% sempurna untuk perusahaan tersebut. Tapi, yakinkanlah mereka bahwa kamu adalah bagaimana kamu bereaksi dan menghadapi masalah, bukan masalah itu sendiri.

Jadi, ayo prove them wrong. Selamat berjuang di wawancara kerja, calon UX designer andalanque!

Heheheheheheeeeeee

--

--

Ervan M Wirawan

Design & Strategy — Designing Experience that Matters